Pages

Ads 468x60px

Sunday, January 27, 2013

Cerpen Remaja dan Budaya Kebebasan


BUKAN AKU
Malam semakin larut dengan Hujan yang tak kunjung berhenti, seakan kehidupan telah dikuasai oleh kedinginan yang tak dapat dikalahkan. Sudah semalaman air mengguyur kota ini, membuat orang-orang tak kunjung menampakkan diri keluar rumah sebagai mana mestinya. Tapi gue? Walaupun hari ini hujan, aktivitas gue tetap berjalan seperti biasa. Rasa jenuh tiap kali menimpa gue saat sendiri didalam rumah. Rasa sepi
dalam hati yang tak ada satu orang pun yang mau mengurangi kesepianku ini.
By the way, kenalin namaku Ardani Ayu Sebastian biasa dipanggil sobat-sobat gue Arda, 17 Tahun. Kini gue tinggal dengan abang yang entah kemana saja, dia selalu pergi keluar tanpa gue tahu. Juno Aries
Sebastian namanya, biasa dipanggil Juno.  Kami memang berasal dari keluarga Sebastian, namun sekarang kedua orangtua kami telah meninggal dunia ketika gue masih berumur 10 tahun. “Sebastian” kini hanya sebuah kata yang memiliki banyak kenangan yang indah bagi gue maupun abang gue. Ketika meninggalnya kedua orangtua kita, eyanglah yang mengasuh kita dengan kasih sayangnya yang begitu tulus seolah tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi kepada kami. Gue sayanggggg banget dengan eyang, tapi ketika eyang juga meninggalkan kita, hati yang mulai kalut pada diri gue seolah tidak ada masa depan lagi yang berujung kebahagiaan. Gue dan abang gue tinggal disebuah rumah yang cukup megah dengan taman yang terbentang luas di depan rumah kita. Rumah yang megah bak istana dalam dongeng yang berada di pusat kota Pontianak, Kalimantan Selatan yang terlihat sunyi dan senyap karena kami hanya tinggal berdua saja dengan beberapa pembantu. Namun, tak jarang kami bisa berkumpul dan meramaikan rumah tersebut. Opppss.. kayaknya kebanyakan gue ceritanya.
(Pukul 00.30, Malam semakin larut dan udara semakin memuncak akan kedinginannya)
Gue masih berada diluar rumah, pergi hang out dengan sobat-sobat gue buat ke clubbing. Gue udah terbiasa dengan kehidupan seperti ini, “nggak ada yang ngelarang ini” kataku dalam hati. Mungkin gadis atau bisa dikatakan remaja seperti gue, lebih memilih untuk belajar dan lebih mencari kebahagiaan dengan lawan jenis. But, I’m different, gue nggak pernah mikirin, apa yang bakal terjadi di masa depanku. Hang out tiap hari pun tak ada yang akan peduli dengan gue apalagi sampek marahin gue, so no problem about this.
***
(Kringggggggg.. kringggg.. kriiiiiinnggg.. jam beker dengan keras berteriak, tanda Arda harus bangkit dari petinya.)
            “Uuurrgghhhhhh…..!!!” suara erangan Arda tak tahan dengan suara bekernya. Selang waktu beberapa menit Arda segera beranjak dari peti tidurnya dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
            (Pukul 07.00, ttteeeettttt.. teeetttttt.. tanda bel masuk kelas, sementara Arda belum tiba ke sekolahnya, pukul 07.15 Arda tiba disekolah dan buru-buru memanjat pagar, tak ada gerbang untuknya)
            (Tok.. tok.. tok..) ketukan pintu terdengar. Yuuuph itu memang gue.
            “Arda.. masuk, duduk!! dan istirahat kamu temui saya di ruang guru” wajah Gerang sebelum Arda masuk ke kelas. Tapi gue nggak pernah menghiraukannya, dihukum tiap haripun gue tetap aja bakal ngulangin lagi dan lagi.
            (Ketika Arda duduk, tampang terheran-heran pun tampak di raut wajahnya yang cantik itu, karena seorang cowok yang tak dikenalnya duduk dibangku sebelahnya)
            “Siapa loe??” tanyanya penasaran.
            “Oh, kenalin gue Radit Anggoro, panggil aja Radit, gue siswa baru pindahan dari SMAN 89 Jakarta” menyodorkan tangan dengan wajah datar. Radit punya wajah yang cukup tampan dan menarik serta tubuhnya yang ideal menambah nilai plus baginya. Waktu terus berjalan, sampai akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Segeralah gue pulang karena matanya yang sedari pagi tidak tertahankan. Gue pulang sekolah selalu tidur, kalo udah ngrasa cukup, gue siap dech buat hang out lagi ma sobat gue. Andre Firdaus namanya, dia adalah sobat gue yang paling deket ma gue dan paling pengertian dari temen-temen gue yang lain.
***
            “Gue pulang dulu ya, Ndre!” pamitku kepada Andre. (Sambil melambai-lambaikan tanganku ke hadapannya) ketika perjalanan pulang kerumah, gue lihat orang yang kayaknya gue pernah lihat, tapi entah itu siapa.
            “Siapa ya dia, kayaknya gue pernah lihat dech, tapi dimana ya…???”gumamnya penasaran. Setelah berusaha mengingat, Arda baru tahu kalo itu adalah Radit, teman baru yang sekelas dengannya. Arda tak menghiraukannya, dia bergegas untuk pulang karena matanya yang memang sudah tidak dapat diajak kompromi lagi.
            (Keesokan harinya, sama seperti biasa jam beker beraksi kembali dan kali ini Arda tak dapat menahan gangguan ini dan akhirnya jam beker itupun lenyap ditangan sang gadis cantik itu)
            “Brrriiisssssiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkk” teriaknya kencang. (Sambil membanting jam bekernya). Hari itu pun Arda bolos sekolah, sudah biasa baginya.
            “Arda.. Ar.. bangun dong, gue mau kasih tau sesuatu nih!!!” ajakan Juno di depan pintu kamar Arda. Segera aku terbangun dan kaget “Apa itu abang gue, nggak biasa-biasanya pagi-pagi gini ada dirumah”tanyaku dalam hati bingung.
            “Eeeehhhhhehhehhmmmm.. ada pa sih, pagi-pagi gini ganggu gue. Ngantuk tauuuu!!!” gerutu Arda. Arda terperanjak bangun dari petinya dan membukakan pintu kamarnya buat abangnya itu.
            “Sini dech!!!”dengan sekuat tenaga menarik tanganku turun kebawah. Berdirilah seorang perempuan di ruang tamu dengan membelakangiku dan abangku.
            “Rasti, kenalin ni adikku!!” dengan wajah manis serta senyum yang begitu menghanyutkan berbalik kehadapanku.
            “Arda ini pacar abang, dan kita dah ngerencanain pernikahan dekat-dekat ini, kamu setuju kan???” jelasnya singkat.
            “Hahhhh.. loe mau nikah??? Terserahlah aku juga nggak mau tau ini..”jawabku mengantuk.
            “Tapi gue setuju kok kalo lo nikah biar nggak sering pergi terus.”sambungku mengiyakan. (Sambil berjalan menuju kamar untuk nelanjutin tidur yang terganggu tadi). Walaupun gue selalu masa bodoh dengan apa yang dilakuin abang gue, but I’m love him.
***
Hari berganti malam, tapi malam ini gue nggak pergi ke clubbing. Gue pergi menelusuri jalan dan akhirnya terhenti di sebuah pinggir kota penuh dengan bukit-bukit dan pepohonan yang menjulang tinggi keatas serta view dari lampu kota yang bersinar terang.
(bbbeeeppppppp.. bbbeeppppppp.. suara yang tak asing pun terdengar, telepon genggam di dalam mobil Arda mendengkur tak mau ketinggalan. Ternyata Andre menelpon Arda.)
“Loe dimana Da, nggak ke club loe. Dah ditungguin anak-anak nihh!!!”cemas Andre.
“Sorry malam ini gue nggak pergi ke club, gue pengin nenangin diri gue dulu, dah nggak usah khawatir ma gue. Gue bakal baik-baik aja kok!! Dah dulu ya.. aku mau sepuasnya disini.. bye Ndre..”jelasku panjang dengan segera menutup ponsel dan mematikannya.
Selang waktu beberapa menit, terdengar suara berisik di dekat Arda. Arda yang kini merasa penasaran sekaligus takut juga, memberanikan diri menghampiri darimana suara itu berasal.
(kreseeekkkkk… kreseekkk.. suara gemuruh dibalik semak-semak) gue pun mendekatinya dan mengintipnya di sela-sela dedaunan, ternyata ada seorang cowok yang tidur-tiduran disana sambil memandangi ke atas langit dan anehnya lagi dia adalah Radit. Mataku terbelalak melihatnya, nggak pernah terpikir kalo Radit teman barunya itu juga ada disana bersama Arda.
(Ketika Arda mundur ke belakang dengan perasaan terheran-herannya tersebut, Radit mulai menyadari kalo ada orang selain dia)
“Wooooyyyy siapa itu??” bangkit dari tidurnya.
“Ehhhmm ni gue Dit, Arda.” Jawabku gugup dengan heran menghantui.
“Napa loe ada disini.. loe buntutin gue ya..??”tuduhnya.
“Ihhh ngapain juga gue harus buntutin loe, kurang kerjaan banget sih. Gue udah sering kok dating kemari. Loe sendiri ngapain ada disini, jangan-jangan malah loe yang buntutin gue sampek sini” tegasnya jengkel.
“Sama, gue juga udah sering kok dateng kemari semenjak aku pindah kemari.”jawabnya tak mau kalah.
“So loe ngapain disini sendiri?”
“Mau tau aja.. loe sendiri ngapain disini, kalo gue wajar cowok pergi ketempat seperti ini sendiri sedangkan loe seorang cewek berani-beraninya pergi ketempat seperti ini sendirian.” Radit menggerang.
“Biarin aja.. MASALAHHHH!!!” jawabku masa bodoh sambil membuang muka dari hadapannya dan bergegas masuk ke mobil untuk meninggalkan Radit.
“Dasar cewek aneh!!!” teriakan Cowok tampan dengan wajah jengkel.
Seiringnya waktu yang terus berputar, Arda yang mulai mengalami keganjalan dalam hatinya terhadap Radit temannya itu. Hamper setiap hari mereka berpapasan muka, tak segan-segan mereka selalu bercekcok. Tapi beberapa hari terakhir ini Radit dan Arda tidak bercekcok lagi ketika berpapasan. Malah yang terjadi mereka berdua ngobrol dengan asyiknya.
“Napa loe dulu benci banget ma gue???”Tanya Radit ingin tau.
“Gue nggak benci kok, cuma heran aja napa kok ada orang yang nyebelin banget kayak loe”Arda menatap tajam Radit.
“Itu mah sama aja kalllleeeeeeee loe benci ma gue”teriak kacau.
“Heheheeee.. ya mangap, trus napa loe kayaknya juga benci banget ma gue, seneng banget ejek gue, selalu banggain diri loe sendiri, trus napa sekarang kita bisa ngobrol damai kayak gini??”tanyanya rakus.
“Ooooo.. mau tau aja ato mau tau banget???” jawab Radit negledek.
“Ah terserahlah masa bodoh juga, yang penting karang kita yang musuhan lagi. Capek tau punya musuh, walaupun gue sering ke club tapi kalo urusan berantem ma temen gue bukan jagonya.”jelas Arda dengan membusungkan dada.
“Well.. well.. nggak ada alasan kok gue benci loe. Cuma aja loe dulu kayaknya benci banget ma gue jadi terbawa dech..”jawabnya menyerah.
Arda hanya mengangguk dan terus ngobrol serasa tak ada waktu yang membatasi mereka berdua.
***
(Beberapa hari kemudian, Radit tak terlihat dimanapun. Suatu ketika Arda ke club bersama sobat-sobatnya dan tak terduga lagi, Radit, teman yang dikhawatirkannya ada disana)
“Radit!!! Ngapain loe disini??” teriakku di tengah kebisingan. Namun tak ada respons dari Radit, Radit berdiri dan meninggalkan club itu dengan cepat.
(Arda berjalan kecewa menuju teman-temannya)
“Loe kenal ma dia, Da???”Tanya Andre, sobatnya.
“Yuppphhh.. dia temen baru gue di sekolah, yang nggak tau kenapa aku dihiraukannya gitu aja”wajah yang muram.
“Lebih baik loe jangan deketin dia dech.”sahut Andre.
“Lohhh mang kenapa, dia anaknya baik kok”
“Baik apaan? dia sering mabuk-mabukan, ganja adalah menu utamanya. Dia pecandu narkoba yang kayaknya dah nggak bisa dihentiin lagi. Walaupun loe sering ke club tapi aku nggak mau loe kejerumus ke hal-hal kayak gituan”berita yang mengejutkan.
“Bener tu, Da!!!”serempak sobat-sobat lain.
Arda tidak percaya dengan apa yang didengarnya dan hanya ingin mendengarkan langsung dari bibir Radit sendiri.
(Keesokan harinya, lesu dan muram yang terlihat di wajah manis Arda tersebut karena pernyataan dari Andre tadi malam. Dunia begitu terasa sepi baginya, bahkan lebih sepi dari biasa-biasanya)
Arda berusaha menemui Radit di kos-kosannya dan bertemulah mereka di sebuah rumah kos kecil 6x6 meter tersebut. Arda terus memojokkan Radit tentang apa yang sebenarnya terjadi. Radit hanya mengangguk, “maaf Da, kenyataannya memang gue kayak gitu“ jujur Radit.
“Kenapa loe kayak gitu??” menjelaskan semuanya tentang apa yang Arda tau.
“Gue hidup sendiri di kota ini dengan semua cobaan yang memberatkanku. gue berantakan, gue nggak mau loe juga terjerumus dengan kehidupanku yang seperti ini. Gue sayang ama loe??? Semenjak pertama kali gue ketemu sama loe, jadi gue nggak mau loe ikut dalam hidupku yang jelas suram ini.”jelasnya panjang lebar denganwajah yang pucat dan berantakan itu.
“Gue juga suka sama loe, gue nggak mau loe ninggalin gue dengan cara bunuh diri kayak gini!!”jawabku ketakutan. Arda lari dengan sekuat tenaga meninggalkan kos-kosan Radit dengan tangis tak tertahankan.
***
Seminggu kemudian, Radit menemui Arda dirumahnya. Arda terlihat begitu kacau dengan obat-obatan terlarang disampingnya.
“Ardaaaa..” Radit berlari menghampiri dan mendekap Arda dengan erat.
“Kenapa kamu lakuin ini, tolong jangan siksa diri kamu kayak gini. Aku tahu perasaanmu, begitu sakit tapi kamu harus kuat Da.”sambungnya dengan menyesal.
“A.aakuu ccuma nnggak mau ditinggalllin kamuu, akuu ingiin ikut denganmu di surga dan sekaligus bertemu mama papa disana.”jawabnya lemas.
Radit memberikan statement yang menenangkan Arda. “aku dah berhenti konsumsi barang-barang terlarang itu. Aku lebih milih kamu disbanding dengan minuman atau obat-obatan yang nggak berguna itu.” Jelas Radit mengejutkan.
(Beberapa menit kemudian, suasana bertambah sunyi dan terdengar suara lemas Arda. “Aku mencintaimu Radit, aku pengen kamu bahagia” dengan sekejap Arda, gadis cantik yang merubah hidup seorang lelaki yang dulu hidup dalam keterpurukan dan kesedihan yang sangat mendalam, Arda meninggal dunia dalam dekapan Radit, lelaki yang paling dia sayangi.)
Satu tahun kemudian, radit keluar dari rehabilitasi. Hidup radit kini berubah menjadi lebih positif lagi. Dia tau kalo Almarhum Arda, masa lalunya tidak akan bahagia jika aku tetap terpuruk dengan kepergiannya.
 (Berjalan menyusuri jalan dengan senyum bahagia diwajahnya, karena dia tau kalo Arda selalu ada dihatinya dan tidak akan meninggalkannya)