BUKAN AKU
Malam
semakin larut dengan Hujan yang tak kunjung berhenti, seakan kehidupan telah
dikuasai oleh kedinginan yang tak dapat dikalahkan. Sudah semalaman air
mengguyur kota ini, membuat orang-orang tak kunjung menampakkan diri keluar
rumah sebagai mana mestinya. Tapi gue? Walaupun hari ini hujan, aktivitas gue
tetap berjalan seperti biasa. Rasa jenuh tiap kali menimpa gue saat sendiri
didalam rumah. Rasa sepi
dalam hati yang tak ada satu orang pun yang mau mengurangi kesepianku ini.
dalam hati yang tak ada satu orang pun yang mau mengurangi kesepianku ini.
By
the way, kenalin namaku Ardani Ayu Sebastian biasa dipanggil sobat-sobat gue
Arda, 17 Tahun. Kini gue tinggal dengan abang yang entah kemana saja, dia
selalu pergi keluar tanpa gue tahu. Juno Aries
Sebastian namanya, biasa
dipanggil Juno. Kami memang berasal dari
keluarga Sebastian, namun sekarang kedua orangtua kami telah meninggal dunia
ketika gue masih berumur 10 tahun. “Sebastian” kini hanya sebuah kata yang
memiliki banyak kenangan yang indah bagi gue maupun abang gue. Ketika
meninggalnya kedua orangtua kita, eyanglah yang mengasuh kita dengan kasih
sayangnya yang begitu tulus seolah tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk
terjadi kepada kami. Gue sayanggggg banget dengan eyang, tapi ketika eyang juga
meninggalkan kita, hati yang mulai kalut pada diri gue seolah tidak ada masa
depan lagi yang berujung kebahagiaan. Gue dan abang gue tinggal disebuah rumah
yang cukup megah dengan taman yang terbentang luas di depan rumah kita. Rumah
yang megah bak istana dalam dongeng yang berada di pusat kota Pontianak,
Kalimantan Selatan yang terlihat sunyi dan senyap karena kami hanya tinggal
berdua saja dengan beberapa pembantu. Namun, tak jarang kami bisa berkumpul dan
meramaikan rumah tersebut. Opppss.. kayaknya kebanyakan gue ceritanya.
(Pukul 00.30, Malam semakin larut
dan udara semakin memuncak akan kedinginannya)
Gue
masih berada diluar rumah, pergi hang out dengan sobat-sobat gue buat ke
clubbing. Gue udah terbiasa dengan kehidupan seperti ini, “nggak ada yang
ngelarang ini” kataku dalam hati. Mungkin gadis atau bisa dikatakan remaja
seperti gue, lebih memilih untuk belajar dan lebih mencari kebahagiaan dengan
lawan jenis. But, I’m different, gue nggak pernah mikirin, apa yang bakal
terjadi di masa depanku. Hang out tiap hari pun tak ada yang akan peduli dengan
gue apalagi sampek marahin gue, so no problem about this.
***
(Kringggggggg.. kringggg..
kriiiiiinnggg.. jam beker dengan keras berteriak, tanda Arda harus bangkit dari
petinya.)
“Uuurrgghhhhhh…..!!!” suara erangan
Arda tak tahan dengan suara bekernya. Selang waktu beberapa menit Arda segera
beranjak dari peti tidurnya dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
(Pukul
07.00, ttteeeettttt.. teeetttttt.. tanda bel masuk kelas, sementara Arda belum
tiba ke sekolahnya, pukul 07.15 Arda tiba disekolah dan buru-buru memanjat
pagar, tak ada gerbang untuknya)
(Tok..
tok.. tok..) ketukan pintu terdengar. Yuuuph itu memang gue.
“Arda.. masuk, duduk!! dan istirahat
kamu temui saya di ruang guru” wajah Gerang sebelum Arda masuk ke kelas. Tapi
gue nggak pernah menghiraukannya, dihukum tiap haripun gue tetap aja bakal
ngulangin lagi dan lagi.
(Ketika
Arda duduk, tampang terheran-heran pun tampak di raut wajahnya yang cantik itu,
karena seorang cowok yang tak dikenalnya duduk dibangku sebelahnya)
“Siapa loe??” tanyanya penasaran.
“Oh, kenalin gue Radit Anggoro,
panggil aja Radit, gue siswa baru pindahan dari SMAN 89 Jakarta” menyodorkan
tangan dengan wajah datar. Radit punya wajah yang cukup tampan dan menarik
serta tubuhnya yang ideal menambah nilai plus baginya. Waktu terus berjalan,
sampai akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Segeralah gue pulang karena
matanya yang sedari pagi tidak tertahankan. Gue pulang sekolah selalu tidur,
kalo udah ngrasa cukup, gue siap dech buat hang out lagi ma sobat gue. Andre
Firdaus namanya, dia adalah sobat gue yang paling deket ma gue dan paling
pengertian dari temen-temen gue yang lain.
***
“Gue pulang dulu ya, Ndre!” pamitku
kepada Andre. (Sambil melambai-lambaikan
tanganku ke hadapannya) ketika perjalanan pulang kerumah, gue lihat orang
yang kayaknya gue pernah lihat, tapi entah itu siapa.
“Siapa ya dia, kayaknya gue pernah
lihat dech, tapi dimana ya…???”gumamnya penasaran. Setelah berusaha mengingat,
Arda baru tahu kalo itu adalah Radit, teman baru yang sekelas dengannya. Arda
tak menghiraukannya, dia bergegas untuk pulang karena matanya yang memang sudah
tidak dapat diajak kompromi lagi.
(Keesokan
harinya, sama seperti biasa jam beker beraksi kembali dan kali ini Arda tak
dapat menahan gangguan ini dan akhirnya jam beker itupun lenyap ditangan sang
gadis cantik itu)
“Brrriiisssssiiiiiiiiiiiiikkkkkkkkkkkkk”
teriaknya kencang. (Sambil membanting jam
bekernya). Hari itu pun Arda bolos sekolah, sudah biasa baginya.
“Arda.. Ar.. bangun dong, gue mau
kasih tau sesuatu nih!!!” ajakan Juno di depan pintu kamar Arda. Segera aku
terbangun dan kaget “Apa itu abang gue, nggak biasa-biasanya pagi-pagi gini ada
dirumah”tanyaku dalam hati bingung.
“Eeeehhhhhehhehhmmmm.. ada pa sih,
pagi-pagi gini ganggu gue. Ngantuk tauuuu!!!” gerutu Arda. Arda terperanjak bangun
dari petinya dan membukakan pintu kamarnya buat abangnya itu.
“Sini dech!!!”dengan sekuat tenaga
menarik tanganku turun kebawah. Berdirilah seorang perempuan di ruang tamu
dengan membelakangiku dan abangku.
“Rasti, kenalin ni adikku!!” dengan
wajah manis serta senyum yang begitu menghanyutkan berbalik kehadapanku.
“Arda ini pacar abang, dan kita dah
ngerencanain pernikahan dekat-dekat ini, kamu setuju kan???” jelasnya singkat.
“Hahhhh.. loe mau nikah???
Terserahlah aku juga nggak mau tau ini..”jawabku mengantuk.
“Tapi gue setuju kok kalo lo nikah
biar nggak sering pergi terus.”sambungku mengiyakan. (Sambil berjalan menuju kamar untuk nelanjutin tidur yang terganggu
tadi). Walaupun gue selalu masa bodoh dengan apa yang dilakuin abang gue,
but I’m love him.
***
Hari
berganti malam, tapi malam ini gue nggak pergi ke clubbing. Gue pergi
menelusuri jalan dan akhirnya terhenti di sebuah pinggir kota penuh dengan
bukit-bukit dan pepohonan yang menjulang tinggi keatas serta view dari lampu
kota yang bersinar terang.
(bbbeeeppppppp.. bbbeeppppppp..
suara yang tak asing pun terdengar, telepon genggam di dalam mobil Arda
mendengkur tak mau ketinggalan. Ternyata Andre menelpon Arda.)
“Loe
dimana Da, nggak ke club loe. Dah ditungguin anak-anak nihh!!!”cemas Andre.
“Sorry
malam ini gue nggak pergi ke club, gue pengin nenangin diri gue dulu, dah nggak
usah khawatir ma gue. Gue bakal baik-baik aja kok!! Dah dulu ya.. aku mau
sepuasnya disini.. bye Ndre..”jelasku panjang dengan segera menutup ponsel dan
mematikannya.
Selang
waktu beberapa menit, terdengar suara berisik di dekat Arda. Arda yang kini
merasa penasaran sekaligus takut juga, memberanikan diri menghampiri darimana suara
itu berasal.
(kreseeekkkkk… kreseekkk.. suara
gemuruh dibalik semak-semak) gue pun mendekatinya
dan mengintipnya di sela-sela dedaunan, ternyata ada seorang cowok yang
tidur-tiduran disana sambil memandangi ke atas langit dan anehnya lagi dia
adalah Radit. Mataku terbelalak melihatnya, nggak pernah terpikir kalo Radit
teman barunya itu juga ada disana bersama Arda.
(Ketika Arda mundur ke belakang
dengan perasaan terheran-herannya tersebut, Radit mulai menyadari kalo ada
orang selain dia)
“Wooooyyyy
siapa itu??” bangkit dari tidurnya.
“Ehhhmm
ni gue Dit, Arda.” Jawabku gugup dengan heran menghantui.
“Napa
loe ada disini.. loe buntutin gue ya..??”tuduhnya.
“Ihhh
ngapain juga gue harus buntutin loe, kurang kerjaan banget sih. Gue udah sering
kok dating kemari. Loe sendiri ngapain ada disini, jangan-jangan malah loe yang
buntutin gue sampek sini” tegasnya jengkel.
“Sama,
gue juga udah sering kok dateng kemari semenjak aku pindah kemari.”jawabnya tak
mau kalah.
“So
loe ngapain disini sendiri?”
“Mau
tau aja.. loe sendiri ngapain disini, kalo gue wajar cowok pergi ketempat
seperti ini sendiri sedangkan loe seorang cewek berani-beraninya pergi ketempat
seperti ini sendirian.” Radit menggerang.
“Biarin
aja.. MASALAHHHH!!!” jawabku masa bodoh sambil membuang muka dari hadapannya
dan bergegas masuk ke mobil untuk meninggalkan Radit.
“Dasar
cewek aneh!!!” teriakan Cowok tampan dengan wajah jengkel.
Seiringnya
waktu yang terus berputar, Arda yang mulai mengalami keganjalan dalam hatinya
terhadap Radit temannya itu. Hamper setiap hari mereka berpapasan muka, tak
segan-segan mereka selalu bercekcok. Tapi beberapa hari terakhir ini Radit dan
Arda tidak bercekcok lagi ketika berpapasan. Malah yang terjadi mereka berdua
ngobrol dengan asyiknya.
“Napa
loe dulu benci banget ma gue???”Tanya Radit ingin tau.
“Gue
nggak benci kok, cuma heran aja napa kok ada orang yang nyebelin banget kayak
loe”Arda menatap tajam Radit.
“Itu
mah sama aja kalllleeeeeeee loe benci ma gue”teriak kacau.
“Heheheeee..
ya mangap, trus napa loe kayaknya juga benci banget ma gue, seneng banget ejek
gue, selalu banggain diri loe sendiri, trus napa sekarang kita bisa ngobrol
damai kayak gini??”tanyanya rakus.
“Ooooo..
mau tau aja ato mau tau banget???” jawab Radit negledek.
“Ah
terserahlah masa bodoh juga, yang penting karang kita yang musuhan lagi. Capek
tau punya musuh, walaupun gue sering ke club tapi kalo urusan berantem ma temen
gue bukan jagonya.”jelas Arda dengan membusungkan dada.
“Well..
well.. nggak ada alasan kok gue benci loe. Cuma aja loe dulu kayaknya benci
banget ma gue jadi terbawa dech..”jawabnya menyerah.
Arda
hanya mengangguk dan terus ngobrol serasa tak ada waktu yang membatasi mereka
berdua.
***
(Beberapa hari kemudian, Radit tak
terlihat dimanapun. Suatu ketika Arda ke club bersama sobat-sobatnya dan tak
terduga lagi, Radit, teman yang dikhawatirkannya ada disana)
“Radit!!!
Ngapain loe disini??” teriakku di tengah kebisingan. Namun tak ada respons dari
Radit, Radit berdiri dan meninggalkan club itu dengan cepat.
(Arda berjalan kecewa menuju
teman-temannya)
“Loe
kenal ma dia, Da???”Tanya Andre, sobatnya.
“Yuppphhh..
dia temen baru gue di sekolah, yang nggak tau kenapa aku dihiraukannya gitu
aja”wajah yang muram.
“Lebih
baik loe jangan deketin dia dech.”sahut Andre.
“Lohhh
mang kenapa, dia anaknya baik kok”
“Baik
apaan? dia sering mabuk-mabukan, ganja adalah menu utamanya. Dia pecandu
narkoba yang kayaknya dah nggak bisa dihentiin lagi. Walaupun loe sering ke
club tapi aku nggak mau loe kejerumus ke hal-hal kayak gituan”berita yang
mengejutkan.
“Bener
tu, Da!!!”serempak sobat-sobat lain.
Arda
tidak percaya dengan apa yang didengarnya dan hanya ingin mendengarkan langsung
dari bibir Radit sendiri.
(Keesokan harinya, lesu dan muram
yang terlihat di wajah manis Arda tersebut karena pernyataan dari Andre tadi
malam. Dunia begitu terasa sepi baginya, bahkan lebih sepi dari biasa-biasanya)
Arda
berusaha menemui Radit di kos-kosannya dan bertemulah mereka di sebuah rumah
kos kecil 6x6 meter tersebut. Arda terus memojokkan Radit tentang apa yang
sebenarnya terjadi. Radit hanya mengangguk, “maaf Da, kenyataannya memang gue kayak
gitu“ jujur Radit.
“Kenapa
loe kayak gitu??” menjelaskan semuanya tentang apa yang Arda tau.
“Gue
hidup sendiri di kota ini dengan semua cobaan yang memberatkanku. gue
berantakan, gue nggak mau loe juga terjerumus dengan kehidupanku yang seperti
ini. Gue sayang ama loe??? Semenjak pertama kali gue ketemu sama loe, jadi gue
nggak mau loe ikut dalam hidupku yang jelas suram ini.”jelasnya panjang lebar
denganwajah yang pucat dan berantakan itu.
“Gue
juga suka sama loe, gue nggak mau loe ninggalin gue dengan cara bunuh diri
kayak gini!!”jawabku ketakutan. Arda lari dengan sekuat tenaga meninggalkan
kos-kosan Radit dengan tangis tak tertahankan.
***
Seminggu
kemudian, Radit menemui Arda dirumahnya. Arda terlihat begitu kacau dengan
obat-obatan terlarang disampingnya.
“Ardaaaa..”
Radit berlari menghampiri dan mendekap Arda dengan erat.
“Kenapa
kamu lakuin ini, tolong jangan siksa diri kamu kayak gini. Aku tahu perasaanmu,
begitu sakit tapi kamu harus kuat Da.”sambungnya dengan menyesal.
“A.aakuu
ccuma nnggak mau ditinggalllin kamuu, akuu ingiin ikut denganmu di surga dan
sekaligus bertemu mama papa disana.”jawabnya lemas.
Radit
memberikan statement yang menenangkan Arda. “aku dah berhenti konsumsi
barang-barang terlarang itu. Aku lebih milih kamu disbanding dengan minuman
atau obat-obatan yang nggak berguna itu.” Jelas Radit mengejutkan.
(Beberapa menit kemudian, suasana
bertambah sunyi dan terdengar suara lemas Arda. “Aku mencintaimu Radit, aku
pengen kamu bahagia” dengan sekejap Arda, gadis cantik yang merubah hidup
seorang lelaki yang dulu hidup dalam keterpurukan dan kesedihan yang sangat
mendalam, Arda meninggal dunia dalam dekapan Radit, lelaki yang paling dia
sayangi.)
Satu
tahun kemudian, radit keluar dari rehabilitasi. Hidup radit kini berubah
menjadi lebih positif lagi. Dia tau kalo Almarhum Arda, masa lalunya tidak akan
bahagia jika aku tetap terpuruk dengan kepergiannya.
(Berjalan
menyusuri jalan dengan senyum bahagia diwajahnya, karena dia tau kalo Arda
selalu ada dihatinya dan tidak akan meninggalkannya)